Chicory (Cichorium intybus) termasuk dalam kelompok forbs, yaitu tanaman pakan berdaun lebar yang bersifat herba (tidak berkayu) dan berbeda dari rumput maupun legum. Tanaman ini umum ditemukan di padang penggembalaan dan dikenal mampu bertahan hidup lebih dari dua tahun. Di beberapa area, chicory bahkan dapat tumbuh dominan dan menjadi komponen penting dalam sistem padang rumput karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas hijauan. Di negara seperti Selandia Baru, chicory telah lama digunakan sebagai pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi perah dan domba yang digembalakan secara intensif.
Di Indonesia, chicory yang dibudidayakan di kebun rumput Fakultas Peternakan UGM menunjukkan potensi produksi yang tinggi. Pada umur potong 30 hari, tanaman ini dapat menghasilkan hijauan segar sekitar 55 ton per hektar dengan kadar air sekitar 18%. Pada musim kemarau (Agustus 2017 – Februari 2018), produksi chicory tetap stabil dengan hasil rata-rata 27,5 ton hijauan per hektar per panen. Dengan frekuensi panen bulanan, total produksi selama musim kering dapat mencapai 330 ton hijauan segar per hektar per tahun, atau setara dengan sekitar 60 ton bahan kering per hektar per tahun.
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas pakan ternak, Chicory (Cichorium intybus) kini menjadi salah satu tanaman hijauan unggulan yang tengah dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini bukan hanya mampu tumbuh dengan baik di berbagai kondisi, tapi juga menawarkan nilai nutrisi tinggi dan manfaat luar biasa bagi kesehatan serta pertumbuhan ternak.
Tulis Komentar